Allohuakbar...Allohuakbar...Laaaailaaa haillallohu wAllohuakbar...Allohuakbar walillaaahilhamdu. Telah kita laksanakan bersama kemarin hari raya Qurban atau sering disebut 'Idul Qurban, maupun har raya 'Idul Adha. Sudah menjadi kesunahan bagi mereka yang telah mempunyai kelebihan harta untuk melaksanakan kurban.
Sungguh indah nuansa kehidupan jika bisa menilik situasi pelaksanaan idul kurban. Dari niat awal mengeluarkan kurban hanya karena mencari "keridhoan" Alloh SWT tanpa embel-embel riak dan ujub, dan sebenar-benarnya itulah yang akan menjadi 'amaliah mulia di sisi Alloh SWT. Sungguh indah hidup ini untuk bisa berbagi semampu kita dan menjadikan keharmonisan sesama saudara penciptaan sang Kholiq Alloh SWT.
Sejarah telah mencatat dan difaktakan dalam naskah Kalam, firman Alloh SWT di dalam Al-Qur'an tentang klausul musabab terjadinya peristiwa yang sarat makna dalam kehidupan ini. Makna Qurban tak lain dan tak bukan adalah sebagai wasilah perantara mendekatkan diri kepada Alloh SWT. Bagaimana pengorbanan Nabi Ibrahim a.s unutk berupaya senantiasa istiqomah mendekatkan diri kepada Alloh SWT. Suatu ketika, beliau bermimpi untuk dan diperintahkan oleh Alloh lewat mimpi itu untuk menempatkan istrinya siti Hajar bersama putranya yakni Nabi Ismail as, yang saat itu masih belia dan menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon apapun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. walaupun demikian. Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar tidak merasa ragu akan perintah Alloh SWT dan menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Ketika Siti hajar dan Nabi Ismail as kecil berada di temppat tersebut dan ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as kehausan hingga tidak bisa menyusui Nabi Ismail as. Padahal tempat tersebut tidak ada air sedikitpun maupun buah-buahan, makanan yang bisa dimakan. Karena itu, ibunda Siti Hajar dengan penuh ikhtiar mencari-cari air kesana kemari sambil berlari kecil antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Pada kesempatan terakhir, akhirnya Alloh SWT mengutus malaikat Jibril as untuk memberikan air, yang sampai saat ini dikenal sebagai air zam-zam di bawah telapak kaki Nabi Ismail as. Dan itulah yang dijadikan salah satu rukun haji yaitu Sa'i. Dengan adanya air zam-zam tersebut seketika daerah itu menjadai "gemah ripah loh jinawi" makmur, sehingga banyak penduduk yang menghuni tempat tersbut. Tahukah nama tempat tersebut sekarang?? Dan akhirnya tempat tersebut yang akan menjadi cikal bakal tempat berkumpulnya manusia sejagat dalam menjalankan rukun haji ke-5, yakni Makkah Al-Mukarromah (Mekah).
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Sejarah penyembilahan qurban bermula ketika para Malaikat bertanya kepada Alloh SWT, kenapa Nabi Ibrahim as memperoleh gelar "Kholillulloh" (Kekasih Alloh SWT). Dan Alloh SWT menjelaskan kepada para malaikat bahwa gelar tersebut diberikan kepada Nabi Ibrahim as dikarenakan akan kesabaran, ketawakalan, dan ketakwaan beliau kepada Alloh SWT. Karena itu, Alloh SWT memberikat ujian kembali berupa wahyu kepada Nabi Ibrahim as unutk menyembelih putranya Nabi Ismail as. Dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, akhirnya Nabi Ibrahim as menyampaikan kepada istri dan putranya Nabi Ismail as akan wahyu tersebut. Jawaban dari keduanya dan putranya Nabi Ismail as, adalah bersedia dan dengan penuh keyakinan bahwa itu akan menjadikan bertambah dekat dengan Alloh SWT. Pada saat Nabi Ibrahim as mau menyembelih putranya, akhirnya Alloh SWT menggantinya dengan seekor domba dari Surga yang besar. Dan peristiwa itulah yang sampai sekarang disebut 'Idul Qurban.
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Wahai saudaraku. Mari sejenak kita bermuhasabah dengan peristiwa bersejarah itu. Sejauhmana kita menjadi insan, "abdi" yang baik dalam menjalankan segala perintah Alloh SWT yang sudah benar-benar "kaffah-sempurna", misalnya sholat, puasa, zakat maupun haji. Semoga kita menjadi insan yang ikhlas dalam beribah kepada Alloh SWT dan tetap istiqomah ila yaumil qiyyaamah, aamiin.